YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Kelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta membuat susu prebiotik dari ubi jalar merah. Selain berkhasiat menjaga kesehatan saluran pencernaan, inovasi pangan ini kaya akan kandungan provitamin A. Pembuatannya pun relatif mudah.
Mahasiswa itu adalah M Noorcahya Eka Sakti, Fatwa Eka Widarti, dan M Syaifudin dari Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
”Ubi jalar merah mempunyai kandungan provitamin A atau retinol dalam jumlah tinggi, yaitu 2.310 mikrogram dalam setiap 100 gram. Kandungan retinol ini tidak hilang setelah pengolahan,” kata Ketua Kelompok Noorcahya di Yogyakarta, Selasa (22/9).
Kandungan provitamin A dalam ubi jalar merah (Ipomea batatas) setara dengan satu tablet vitamin A dan lebih tinggi dari bayam ataupun kangkung. Produk susu ini akan tepat dikembangkan di Indonesia karena menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1995, tingkat pemenuhan vitamin A di Indonesia rendah.
Pembuatan susu prebiotik yang menjadi finalis Program Kreativitas Direktorat Pendidikan Tinggi 2008 itu cukup sederhana. Ubi jalar merah yang telah dikupas dan dicuci dimasukkan dalam wadah berisi air dengan perbandingan 1:2.
Campuran ini kemudian dipanaskan pada suhu 70 derajat celsius selama 30 menit. Setelah dingin dan dipisahkan dari materi padatnya, materi cair diendapkan selama semalam untuk diambil pati dari sarinya. Susu bisa ditambah aroma dan perasa agar disukai anak-anak.
Noorcahya mengatakan, sari ubi jalar merah ini mengandung prebiotik yang berguna memelihara keseimbangan flora pada saluran pencernaan. Kandungan ini mirip nutrisi yang terdapat pada susu fermentasi.
Nutrisi
Menurut uji nutrisi, produk yang telah diujicobakan di Dusun Mlati Krajan, Sendangadi, Mlati, Sleman, tersebut mengandung kalsium, serat kasar, protein, karbohidrat, dan vitamin A.
”Tetapi setelah disterilisasi, daya tahan susu prebiotik ini hanya tiga hari karena karbohidrat mudah terdegradasi,” ujarnya.
Anggota Staf Hubungan Masyarakat FMIPA UNY, Dedy Herdito, mengatakan, pihak fakultas berusaha menggalakkan penelitian dan inovasi oleh mahasiswa. Penelitian diutamakan pada pemanfaatan bahan-bahan yang selama ini dibuang dan dianggap tidak berguna.
Menurut Dedy, sebagian besar penelitian mahasiswa FMIPA UNY merupakan inovasi di bidang pangan. Hal ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa makanan tetap dibutuhkan dalam kondisi apa pun.